Nasihat Nabi Yang Agung
Hudzaifah radhiallahu ‘anhu selalu berjalan di atas sunah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala hal. Para sahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya biasa datang kepada Nabi untuk bertanya tentang kebaikan. Akan tetapi, Hudzaifah
radhiallahu ‘anhu datang kepada Nabi untuk bertanya tentang kejahatan karena khawatir jatuh ke dalamnya.
Hudzaifah telah diberikan kecerdasan dan kebijaksanaan
yang membuatnya mengetahui bahwa kebaikan-kebaikan di dunia ini sudah
sangat jelas bagi orang yang ingin mengerjakannya. Namun keburukan,
masih kabur dan sering tersembunyi. Oleh karena itu, seseorang yang
cerdas mestilah benar-benar mempelajari apa itu keburukan beserta
tokoh-tkohnya dan apa itu kemunafikan beserta tokoh-tokohnya.
Suatu hari
Hudzaifah bertanya kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kita dulu berada dalam kejahiliahan dan
kejahatan, lalu Allah mendatangkan kepada kita kebaikan ini (maksudnya
Islam), apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan?”
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “
Ya.”
“Lalu apakah setelah keburukan itu akan datang lagi kebaikan?” tanya Hudzaifah kembali.
“
Ya, dan di dalamnya ada kerusakan yang tersembunyi.
”
“Apa kerusakan yang tersembunyi itu wahai Rasulullah?”
“
Orang-orang yang menunjuki tanpa petunjuk yang benar, ada hal yang engkau terima dari mereka dan ada pula yang engkau ingkari.”
“Apakah setelah kebaikan itu ada lagi keburukan?”
“
Ya orang-orang yang berdakwah di pintu-pintu Jahannam, siapa yang menyambut seruan mereka akan mereka lemparkan ke dalamnya.”
“Ya Rasulullah, terangkanlah mereka kepada kami.”
“
Mereka juga dari bangsa kita dan berbicara memakai bahasa kita.”
“Apa yang engkau wasiatkan kepadaku andaikan aku mendapat masa itu?”
“
Berpegang teguh dengan jamaah muslimin dan pemimpin mereka.”
“Andaikan mereka tidak punya jamaah dan pemimpin?”
“
Jauhi semua kelompok itu walaupun untuk itu engkau akan
berpegangan pada akar pohon sampai kematian menjemput dan engkau tetap
dalam keadaan demikian.”
Oleh karena itu, Hudzaifah menjalani kehidupan dengan sangat menyadari
dan peka terhadap berbagai fitnah dan celah-celah keburukan sehingga ia
bisa menghindarinya dan juga memperingatkan manusia agar tidak terjebak
ke dalamnya. Ia pernah berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku adalah
orang yang paling tahu tentang seluruh fitnah yang akan terjadi saat ini
sampai hari Kiamat nanti.”
Orang Kepercayaan untuk Menjaga Rahasia Rasulullah
Masalah yang paling besar dihadapi oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan kaum muslimin di Madinah al-Munawwarah adalah munculnya orang-orang
munafik dan antek-anteknya dengan berbagai tipu daya, isu-isu bohong,
dan konspirasi yang mereka lancarkan terhadap Nabi dan para sahabatnya.
Pada perang Tabuk, ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
kembali bersama sahabatnya ke Madinah, sekelompok kaum munafik
bermaksud untuk membunuh Nabi dengan melemparkan Nabi dari atas bukit.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan rencana jahat orang-orang munafik itu kepada Nabi-Nya. Akhirnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
memilih Hudzifah dari sekian sahabatnya untuk menjadi orang kepercayaan
memegang rahasia karena kepercayaan Nabi kepadanya dan posisinya yang
tinggi di mata Nabi. Nabi memberitahukan kepadanya nama-nama semura
orang munafik dan berbagai konspirasi yang mereka rencanakan.
Hudzaifah bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, kenapa tidak engkau perintahkan saja untuk membunuh mereka?”
Rasululullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“
Aku tidak ingin orang-orang berkata bahwa Muhammad membunuh sahabat-sahabatnya.”
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta Hudzaifah bin
Yaman untuk selalu mengikuti gerakan orang-orang munafik itu dan
memonitor segala kegiatan mereka untuk mengantisipasi bahaya mereka
terhadap Islam dan kaum muslimin.
Di samping sifat-sifat mulia yang dimilikinya, Hudzaifah juga
memiliki ingatan yang sangat kuat. Ia pernah berkata, “Aku pernah
melihat sesuatu yang sebelumnya pernah aku lupakan, tapi aku segera
mengenalnya sebagaimana halnya seseorang mengenal sahabatnya apabila
sahabatnya itu sempat menghilang lalu ketika ia lihat ia segera
mengenalnya.”
Sejak hari itu Hudzaifah dijuluki sebagai orang kepercayaan rahasia Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika Umar ibnul Khaththab mengetahui bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyampaikan secara rahasia nama orang-orang munafik kepada Hudzaifah
ibnul Yamaan –suatu rahasia yang tidak diberitahukan kepada sahabat yang
lain selain Hudzaifah– ia segera menemui Hudzaifah. Sambil berharap, ia
berkata, “Aku bersumpah dengan nama Allah, mohon engkau jawab, apakah
aku termasuk orang munafik?”
Karena kasihan melihat Umar ibnul Khaththab, Hudzaifah menjawab,
“Tidak, tapi aku tidak bisa menjamin seorang pun selainmu.” Hal itu ia
katakan agar ia tidak menyebarkan rahasia yang telah diamanahkan
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam kepadanya.
Ketika Umar ibnul Khaththab menjadi khalifah –setelah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan khalifah pertama, Abu Bakar ash-Shiddiq, wafat– ia bertanya kepada
Hudzaifah, “Apakah ada di antara pejabat-pejabatku di berbagai daerah
yang termasuk orang munafik?”
Hudzaifah menjawab, “Ya, ada satu.”
“Siapa dia?” tanya Umar.
“Tidak akan aku sebutkan.”
Tapi tidak berapa lama setelah itu Umar ibnul Khaththab mengetahui
siapa orang yang dimaksud sehingga ia segera memecatnya dari jabatannya.
Apabila ada salah seorang kaum muslimin yang wafat, Umar ibnul
Khaththab segera bertanya tentang Hudzaifah. Apabila ia tahu Hudzaifah
ikut menyalatkannya, maka ia juga akan menyalatkannya. Tapi apabila
Hudzaifah tidak ikut menyalatkannya maka Umar juga tidak akan ikut
menyalatkannya.
Sumber:
Pendekar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ksatria Islam yang Gagah Berani, Asyraf Muhammad al-Wahsy, Gema Insani Press, 2011